TUGAS KELOMPOK
PSIKOTERAPI: TERAPI KELOMPOK
-
Adelia
Maharani
-
Niken
Ayuni Putri Utami
-
Nurul
Syahfitri
Terapi
kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki
kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek
terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek
terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri
mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota
lain.
Contoh
kasus:
Seorang
wanita berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh
suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya.
Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat
intensitasnya setelah mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya
setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar
kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan
langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula
istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya
dan keluarga suami telah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini
tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang istri. Tetangga
sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai
kadangkala suami tidak bertegur sapa dengan para tetangga. (sumber: kasus
kepribadian).
Dari
contoh kasus diatas, kami menganalisa kasus dengan menggunakan terapi kelompok.
Dari terapi kelompok ini ada tiga teknik, yaitu: psikodrama, role playing, dan encounter
groups.
Pertama, psikodrama
adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan
suatu peran emosional di depan para penonton tanpa pasien sendiri dilatih
sebelumnya. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa
sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman baru yang memberinya kesanggupan
untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
Dimana
menurut Whittaker mengemukakan psikodrama dengan 4 instrumen:
a.
Panggung, yang merupakan ruang kehidupan
psikologis dan fisik bagi pasien. Pada media panggung ini pasien diminta
bermain drama tanpa diberikan skenario dan menceritakan apa yang pasien rasakan
pada saat itu.
b.
Sutradara
c.
Penolong
terapeutik
d.
Para
penonton. Penontonyang terdiri dari anggota kelompok yang lainnya. Disini
strateginya adalah memberi kemungkinan kepada pasien
untuk dapat memproyeksikan dirinya pada dunianya sendiri dan memunculkan
respon-respon dari teman-teman anggota kelompoknya sendiri.
Kedua, role
play adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat
sandiwara. Teknik ini digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan
mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok,.
Ketiga, encounter
groups merupakan bentuk khusus dari terapi kelompok. Ini bertujuan untuk
membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para
anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam situasi dimana didorong untuk
mengungkapkan perasaan secara terus terang.
Analisis Kasus:
Menurut kami,
pada kasus diatas dapat digunakan terapi kelompok karena perlahan-lahan dapat
membuat pasien menciptakan rasa percaya terhadap suaminya. Dalam teknik
psikodrama, kita dapat mengetahui bahwa apa yang terjadi pada pasien melalui
drama yang dibuat oleh pasien tersebut. Drama dilakukan pada sebuah tempat
yaitu panggung yang dapat meggunakan media berupa alat-alat sandiwara,
contohnya boneka yang dapat digunakan oleh pasien. Teknik role play atau
bermain peran dengan menggunakan teman-teman kelompok si pasien. Terapis
memberikan peran kepada setiap orang yang ada pada kelompok untuk melakukan
peran dengan menjadi temannya yang ada pada kelompoknya sendiri. Ini dapat
memberikan efek untuk membuat pasien mengerti bagaimana memahami perasaan orang
lain dengan bergati peran tersebut dan diharapkan dapat diterapkan pada
kesehariannya serta dapat menumbuhkan kepercayaan tersebut kepada suaminya.
Teknik encounter group dimana berfokus pada bagaimana para anggota kelompok
berhubungan satu sama lain. Melalui ini pasien diharapkan dapat berbincang
dengan teman-teman kelompoknya untuk membantu mengembangkan kesadaran diri
pasien dan mengungkapkan secara terus terang.
Sumber:
(kasus
kepribadian):
Mbak aya,
(2013). (http://coass-kita.blogspot.com/2013/02/gangguan-kepribadian.html)
diakses pada tanggal 25 Juni 2015.
Sudarno, Paulus. (2009). Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi Sinopsis Psikiatri. Edisi : Ketujuh. Jilid 2, hal 383 – 442.
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Kanisius
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori
Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar