Jumat, 26 Juni 2015

TUGAS KELOMPOK PSIKOTERAPI: TERAPI KELOMPOK (CONTOH KASUS)


TUGAS KELOMPOK PSIKOTERAPI: TERAPI KELOMPOK
-         Adelia Maharani
-         Niken Ayuni Putri Utami
-         Nurul Syahfitri

Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
Contoh kasus: 
Seorang wanita berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami telah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak bertegur sapa dengan para tetangga. (sumber: kasus kepribadian).
Dari contoh kasus diatas, kami menganalisa kasus dengan menggunakan terapi kelompok. Dari terapi kelompok ini ada tiga teknik, yaitu: psikodrama, role playing, dan encounter groups.
Pertama, psikodrama adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa pasien sendiri dilatih sebelumnya. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
Dimana menurut Whittaker mengemukakan psikodrama dengan 4 instrumen:
a.        Panggung, yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi pasien. Pada media panggung ini pasien diminta bermain drama tanpa diberikan skenario dan menceritakan apa yang pasien rasakan pada saat itu.
b.      Sutradara
c.       Penolong terapeutik
d.      Para penonton. Penontonyang terdiri dari anggota kelompok yang lainnya. Disini strateginya adalah memberi kemungkinan kepada pasien untuk dapat memproyeksikan dirinya pada dunianya sendiri dan memunculkan respon-respon dari teman-teman anggota kelompoknya sendiri.
Kedua, role play adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara. Teknik ini digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok,.
Ketiga, encounter groups merupakan bentuk khusus dari terapi kelompok. Ini bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang.

Analisis Kasus:
Menurut kami, pada kasus diatas dapat digunakan terapi kelompok karena perlahan-lahan dapat membuat pasien menciptakan rasa percaya terhadap suaminya. Dalam teknik psikodrama, kita dapat mengetahui bahwa apa yang terjadi pada pasien melalui drama yang dibuat oleh pasien tersebut. Drama dilakukan pada sebuah tempat yaitu panggung yang dapat meggunakan media berupa alat-alat sandiwara, contohnya boneka yang dapat digunakan oleh pasien. Teknik role play atau bermain peran dengan menggunakan teman-teman kelompok si pasien. Terapis memberikan peran kepada setiap orang yang ada pada kelompok untuk melakukan peran dengan menjadi temannya yang ada pada kelompoknya sendiri. Ini dapat memberikan efek untuk membuat pasien mengerti bagaimana memahami perasaan orang lain dengan bergati peran tersebut dan diharapkan dapat diterapkan pada kesehariannya serta dapat menumbuhkan kepercayaan tersebut kepada suaminya. Teknik encounter group dimana berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain. Melalui ini pasien diharapkan dapat berbincang dengan teman-teman kelompoknya untuk membantu mengembangkan kesadaran diri pasien dan mengungkapkan secara terus terang.

Sumber:
(kasus kepribadian):
Mbak aya, (2013). (http://coass-kita.blogspot.com/2013/02/gangguan-kepribadian.html) diakses pada tanggal 25 Juni 2015.
Sudarno, Paulus. (2009). Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi Sinopsis Psikiatri. Edisi : Ketujuh. Jilid 2,  hal 383 – 442.
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar