Jumat, 22 Januari 2016

PEDULI AKAN KONSEP DIRI

Adelia maharani 10512146
Gama Evayanti 13512089
Intan Sylvia 13512758
Muhammad Reynaldy Octavian 15512048
Oksiana dwi gandini 15512578
Priyanti Ristrawandani 15512721
Reni Sunjastri 16512129

LATAR BELAKANG
Tahukah anda menurut penelitian yang dilakukan oleh Gumulya & Widiastuti dari Univ. Esa Unggul bahwa 54,5 % mahasiswa  mempunyai konsep diri yang buruk dan berakibat mahasiswa tersebut memiliki perilaku konsumtif. dan menurut penelitian yang dilakukan oleh universitas negeri sebelas maret bahwa 21,37 % remaja putra mengalami gagal konsep diri terhadap perubahan fisiknya, dan 11,37 % remaja putri gagal konsep diri terhadap mensturasi. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Kemungkinannya karena adanya Dejection related emotion dan Agitation related emotion, apa itu? dejection related emotion dan agitation related emotion ialah hasil dari gagalnya diskrepansi emosi pada konsep diri. Jangan pernah menganggap remeh gagal konsep diri, kegagalannya akan memberikan efek negatif pada penderitanya, memang tidak terlihat secara kasat mata, tetapi efek yang akan ditimbulkan akan negatif seperti rasa kecewa berlebihan, pemurung, pemalu, bahkan sikap agresif dan konsumtif seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Karena itu, kami Biro konsultasi psikologi akan membantu anda menyelesaikan masalah terkait hal tersebut. enatah itu anda sendiri atau kerabat terdekat anda, kami akan menawarkan konsultasi dirumah anda atau di tempat yang bisa anda merasa nyaman, kami telah bersertifikat untuk menangani kasus konsep diri yang gagal. Kami akan mengevaluasi di tiap sesi konsultasi agar mendapat hasil yang maksimal di tiap sesi nya.
konsultasi pertama kami berikan secara gratis
untuk melihat simulasi nya, silahkan klik di sini

Jumat, 26 Juni 2015

TUGAS KELOMPOK PSIKOTERAPI: TERAPI KELOMPOK (CONTOH KASUS)


TUGAS KELOMPOK PSIKOTERAPI: TERAPI KELOMPOK
-         Adelia Maharani
-         Niken Ayuni Putri Utami
-         Nurul Syahfitri

Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
Contoh kasus: 
Seorang wanita berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami telah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak bertegur sapa dengan para tetangga. (sumber: kasus kepribadian).
Dari contoh kasus diatas, kami menganalisa kasus dengan menggunakan terapi kelompok. Dari terapi kelompok ini ada tiga teknik, yaitu: psikodrama, role playing, dan encounter groups.
Pertama, psikodrama adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa pasien sendiri dilatih sebelumnya. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
Dimana menurut Whittaker mengemukakan psikodrama dengan 4 instrumen:
a.        Panggung, yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi pasien. Pada media panggung ini pasien diminta bermain drama tanpa diberikan skenario dan menceritakan apa yang pasien rasakan pada saat itu.
b.      Sutradara
c.       Penolong terapeutik
d.      Para penonton. Penontonyang terdiri dari anggota kelompok yang lainnya. Disini strateginya adalah memberi kemungkinan kepada pasien untuk dapat memproyeksikan dirinya pada dunianya sendiri dan memunculkan respon-respon dari teman-teman anggota kelompoknya sendiri.
Kedua, role play adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara. Teknik ini digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok,.
Ketiga, encounter groups merupakan bentuk khusus dari terapi kelompok. Ini bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang.

Analisis Kasus:
Menurut kami, pada kasus diatas dapat digunakan terapi kelompok karena perlahan-lahan dapat membuat pasien menciptakan rasa percaya terhadap suaminya. Dalam teknik psikodrama, kita dapat mengetahui bahwa apa yang terjadi pada pasien melalui drama yang dibuat oleh pasien tersebut. Drama dilakukan pada sebuah tempat yaitu panggung yang dapat meggunakan media berupa alat-alat sandiwara, contohnya boneka yang dapat digunakan oleh pasien. Teknik role play atau bermain peran dengan menggunakan teman-teman kelompok si pasien. Terapis memberikan peran kepada setiap orang yang ada pada kelompok untuk melakukan peran dengan menjadi temannya yang ada pada kelompoknya sendiri. Ini dapat memberikan efek untuk membuat pasien mengerti bagaimana memahami perasaan orang lain dengan bergati peran tersebut dan diharapkan dapat diterapkan pada kesehariannya serta dapat menumbuhkan kepercayaan tersebut kepada suaminya. Teknik encounter group dimana berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain. Melalui ini pasien diharapkan dapat berbincang dengan teman-teman kelompoknya untuk membantu mengembangkan kesadaran diri pasien dan mengungkapkan secara terus terang.

Sumber:
(kasus kepribadian):
Mbak aya, (2013). (http://coass-kita.blogspot.com/2013/02/gangguan-kepribadian.html) diakses pada tanggal 25 Juni 2015.
Sudarno, Paulus. (2009). Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi Sinopsis Psikiatri. Edisi : Ketujuh. Jilid 2,  hal 383 – 442.
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

Rabu, 25 Maret 2015

PSIKOTERAPI

Hai, kali ini saya akan membahas mengenai Psikoterapi...
Pasti kalian ingin tahu kan apa sih itu psikoterapi??? Tujuannya tuh buat apa sih????  Nah untuk lebih jelasnya saya akan bahas di halaman ini... J

·         Apakah definisi dari psikoterapi dan jelaskan !
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang. Dalam Oxford English Dictionary,perkataan “psychotherapy” tidak tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang diartikan sebagai perawatan terhadap suatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-maslah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.

·         Jelaskan tujuan dari psikoterapi !
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya,dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991)
Tujuan dari psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuskan sebagai membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang diletakkan melalui pemahaman intelektual.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian berpusat pada psribadi, menurut Ivey, et al (1987) adalah untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.
Corey (1991) merumuskan tujuan psikoterapi pada pendekatan berpusat pada pribadi dengan untuk memberikan suasana aman,bebas agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-apek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat. Untuk memungkinkannya berkembang ke arah keterbukaan, memperkuat kepercayaan diri, kemauan melakukan sesuatu dan meningkatkan spontanitas dan kesegaran dalam hidupnya.
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey,et al (1987) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berprilaku untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien.
Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey,et al (1987) sebagai berikut : agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupannya.

·         Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari psikoterapi !
Masserman (Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran sosial “martabat” psikoterapis, hubungan, hak, retrospeksi, re-eduksi, rehabilitasi, resosialisasi, dan rekapitulasi.

·          
·         Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara psikoterapi dan konseling !
Perbedaan antara Konseling dan Psikoterapi
Konseling dan psikoterapi memilki persamaan dan perbedaan serta mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya. Perbedaan antara keduanya tidak bisa dibuat secara jelas, akan tetapi banyak hal-hal yang dilakukan oleh konselor juga dilakukan oleh psikoterapis, dan hal-hal yang merupakan praktek psikoterapis juga dilakukan oleh konselor. Sekedar gambaran perbedaan adalah sebagai berikut.
1.      Konseling umumnya berkenaan dengan orang-orang yang tergolong normal,sedangkan psikoterapi terutama berkenaan dengan orang-orang yang mendapat gangguan psikis.
2.      Konseling lebih bersifat edukatif, suportif, berorientasi kesadaran, dan jangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih bersifat rekonstruktif, konfrontif, berorientasi ketidaksadaran, dan jangka panjang.
3.      Konseling lebih terstruktur dan terarah kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas dan konkrit. Sedangkan psikoterapi lebih luas dan mengarah kepada tujuan yang lebih jauh.

·         Uraikan secara jelas bagaimana psikoterapi melakukan berbagai pendekatan terhadap mental illness !

Psikoterapi melakukan berbagai pendekatan terhadap mental illness antara lain sebagai berikut:
1.      Psychoanalysis & Psychodynamic : Berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar.
2.      Behavior Therapy : Berfokus pada hukum pembelajaran. Dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup.
3.      Cognitive Therapy : Terapi ini mempunyai konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Maka dari itu pendekatan ini lebih berfokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
4.      Humanistic Therapy : Pendekatan ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia, sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri.
5.      Integrative/Holistic Therapy :  Suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

·         Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk utama dari terapi !
Ada tiga bentuk ciri utama psikoterapi, yaitu:
Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.


Sumber :
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Prof. DR. Singgih D. Gunarsa. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Prof. DR. H. Mohammd Surya. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3.  Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Buku Saku Psikiatri: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC




Senin, 19 Januari 2015

Nama         : Adelia Mahrani
Npm           : 10512146
Kelas          : 3PA02

TUGAS SOFTSKILL
A. Komunikasi dalam menejemen
1. Definisi komunikasi
Komunkasi adalah penjabaran tentang arti istilah komunikasi berdasarkan pencetusnya. Artikel ini berisi daftar definisi komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)
2. Proses komunikasi
a)      Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
b)      Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.[butuh rujukan]
a)      Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
b)      Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

3. Hambatan komunikasi
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal , yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
4. Definisi komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159). Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
B. Pelatihan dan Pengembangan
1. Definisi pelatihan
A. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, training is a planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
B. Menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya
C. Menurut Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s planned in advanced and has a structured format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.
2. Tujuan dan sasaran pelatihan pengembangan
1.Meningkatkan Produktivitas
Pelatihan selain diberikan kepada tenaga kerja baru, diberikan juga kepada tenaga kerja yang sudah lama     bekerja di perusahaan. pelatihan dapat mennigkatkan taraf prestasi tenaga kerja pada jabatannya sekarang.   presasi kerja yang meningkat mengakibatkan peningkatan dari produktivitas. Jadi prestasi kerja mennigkat,   keluaran meningakat, produktivita mennigkat.

2.Meningkatkan Mutu 
Pelatihan yang tepat tidak saja meningkatkan kuantitas dari keluaran tetapi juga meningkatkan kualitas dari  keluaran. tenaga ekrja yang berpengetahuan dan berketrampilan baik hanya akan berbuat sedikit kesalahan, dan cermat daalm pelaksanaan pekerjaan.
3. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan SDM
 Pelatihan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan   pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang. Jika suatu saat diperlukan, maka lowongan yang ada dapat secara mudah diisi oleh tenaga dari dalam perusahaan sendiri
4. Meningkatkan Semangat kerja
 Iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.
5. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Baik
Para tenaga kerja, terutama para menejernya memandang kemungkinan untuk mengikuti pelatihan sebagai     bagian dari imbalan jasa dari perusahaan terhadap mereka. mereka berharap perusahaan membayar program pelatihan yang mengakibatkan mereka bertambah pengetahuan dan keterampilan dalam keahlian  mereka masing - masing. karena itu banyak perusahaan yng menawarkan program pelatihan yang khusus untuk menarik tenaga kerja yang berpotensi baik.


6. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja yang lebih aman dan sikap netral yang lebih stabil.
7. Menghindari Keusangan
Usaha pelatihan dilakukan secara terus menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang kerja mereka masing-masing. Ini berlaku baik untuk tenaga kerja maupun untuk tenaga kerja menejerial
8. Menunjang Pertumbuhan Pribadi
Pelatihan tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga menguntungkan tenaga kerja sendiri.
Sasaran pelatihan
Sasaran pelatihan adalah agar peserta pelatihan mengetahui dasar-dasar teoritis-teoritis cara penulisan artikel ilmiah di jurnal ilmiah terakreditasi, agar peserta pelatihan memiliki wawasan yang komprehensif dalam memilih target jurnal nasionalterakreditasi yang dapat menampung hasil penelitian mereka, peserta pelatihan memahami hal-hal teknis yang perlu diketahui dalam publikasi di jurnal nasional terakreditasi, dan untuk terciptanya jaringan kerja.
3. Perbedaan pelatihan dan pengembangan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kera.(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan,
Menurut (Hani Handoko:2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.
(Gomes:2003:197) Mengemukakan pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya. Menurutnya istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah pengembangan, perbedaannya kalau pelatihan langsung terkait dengan performansi kerja pada pekerjaan yang sekarang, sedangkan pengembangan tidaklah harus, pengembangan mempunyai skcope yang lebih luas dandingkan dengan pelatihan.
Pelatihan Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan keahhan individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran dan program pengembangan menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa direncanakan(unplened change) atau perubahan yang direncanakan (planed change). (Syafaruddin:200 1:2 17).
4. Faktor psikologi dalam pelatihan dan pengembangan
Dalam pemilihan teknik tertentu untuk dugunakan pada program pelatihan dan pengembangan, ada beberapa trade offs. Ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik: metode tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:

1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang dikehendaki
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
4. Preferensi dan kemampuan peserta
5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih
6. Prinsip-prinsip belajar
5. Teknik dan metode pelatihan
Metode Pelatihan dan Pengembangan
Dalam program pelatihan dan pengembangan dapat digunakan metode-metode seperti berikut:
1.     On the job
Pelatihan dilakukan di tempat kerja dan pada waktu jam kerja dengan memperhatikan pegawai  yang berpengalaman. Prosedur metode ini informal, observasi sederhana dan mudah serta praktis, pegawai mempelajari pekerjaannya dengan mengamati pekerjaan lain yang sedang bekerja.
2.     On Site but Not on the job
Pelatihan dilakukan di tempat kerja pegawai tersebut tetapi pelaksanaan dari pelatihan ini diluar jam kerja, sehingga tidak mengganggu waktu kerja.
3.     Off the job
Waktu dan tempat pelaksanaan pelatihan dan pengembangan dilakukan diluar jam kerja dan diluar tempat kerja. Jadi dilaksanakan di tempat terpisah dan waktu tertentu.
Sumber 
http://www.uinsuska.infoperpustakaanattachments025_KOMUNIKASI%20DALAM%20MANAJE

Minggu, 09 November 2014

tulisan pertemuan 2



Contoh kasus :
Saya ambil contoh kasus yaitu tentang om saya yang jenuh dalam tempat kerja. Ia bekerja di salah satu perusahaan pertelevisian sudah hampir 3 tahun,awalnya ia merasa nyaman di tempat kerja tersebut. Kerjaannya bagus,gaji yang lumayan besar dan tidak mempunyai masalah dalam pekerjaannya,namun ia mempunyai masalah dengan salah satu karyawan di tempat kerjanya  sehingga menimbulkan pekerjaannya jadi terbengkalai dan ia merasa jenuh karena hal itu sehingga memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya tersebut.
Faktor-faktor penentu kepuasan kerja salah satunya yaitu : Rekan-rekan sejawat yang menunjang Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul karena mereka, dalam jumlah tertentu, berada dalam satu ruangan kerja, sehingga dapat saling berbicara (kebutuhan sosialnya dipenuhi). Corak kepuasan kerja disini bersifat kepuasan.
Dapat saya simpulkan bahwa kepuasan kerja seseorang ada karena faktor rekan-rekannya juga tapi kalau dalam kasus itu rekannya menjadi masalah dalam ia bekerja maka hasilnya ia merasa tidak puas dengan kerjaannya dan merasa jenuh. Karena bekerja itu harus merasa nyaman terutama nyaman dengan pekerjaannya dan nyaman dengan lingkungannya.